DPRP Pertanyakan Profesionalisme TNI/Polri Terkait Insiden Penembakan Seorang Pendeta di Puncak Jaya JAYAPURA—Ketua Komisi A DPRP menegaskan, pihaknya mempertanyakan profesionalisme TNI/Polri ketika menunaikan tugasnya untuk menjaga ketertiban dan keamanan. Pasalnya sejak tahun 2004 hingga kini pihak TNI/Polri belum berhasil mengungkap rangkaian insiden penembakan di Puncak Jaya termasuk insiden penembakan yang dilakukan separatis bersenjata terhadap seorang pendeta bernama Wekinus Wonda (35) di Gereja Yogonik, Kampung Urgele, Distrik Mulia, Puncak Jaya, Jumat (6/8) pukul 18.00 WIT. Masih untung, korban hanya tertembak di bagian kakinya. Meski demikian, insiden ini makin meresahkan warga di Puncak Jaya. Sebelumnya mereka menembak mati mantan sopir Kepala Distrik Mulia bernama Afril Wahid (25) saat berada didalam lokasi usahanya di Kampung Wuyuneri, Distrik Mulia, Puncak Jaya, Rabu (4/8) sekitar pukul 18.30 WIT. Hal ini disampaikan Ketua Komisi A DPRP Ruben Magai SIP diruang kerjanya, Senin (9/8). Dikatakannya, Apabila TNI/polri bersikap profesional, maka serangkaian insiden penembakan yang menewaskan warga sipil dan TNI/Polri DI Puncak Jaya tak perlu terjadi. Menurut dia, pihaknya juga mempertanyakan urgenitas seluruh kesatuan yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat di Puncak Jaya tanpa jaminan keamanan bagi masyarakat setempat. Tapi yang terdengar justru penembakan yang nyaris mengorbankan seorang hamba Tuhan membawa misi Kristus kepada seluruh umatnya untuk melakukan hal hal yang baik dan benar. “Seorang pendeta tak pernah menyampaikan sesuatu untuk melakukan tindakan kekerasan apalagi membunuh umatnya,” tandasnya. Karena itu, lanjutnya, Komisi A DPRP mendesak Menkopolhukam, Kapolri, Pangab, Pangdam XVII Cenderawasih, Kapolda Papua untuk segera duduk bersama untuk menjelaskan rangkaian insiden penembakan yang mengorbankan warga sipil tersebut. ( Doc . Bintang Papua , 2010)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar